Tentang Suatu Pagi
Ini ceritaku tentang suatu pagi, dua tahun yang lalu...
Tadi malam hujan mengguyur lebat kotaku. Hujan turun merata, berlangsung cukup lama dengan intensitas yang cukup tinggi. Alhamdulillah lingkungan rumah tempatku tinggal termasuk daerah yang cukup aman dari banjir. Meski begitu, tetap saja hatiku dan seisi rumah was was, mengingat hujan yang turun seperti tak berkesudahan, sampai akhirnya kami terlelap. Hujan berhenti saat dini hari, begitu yang kubaca dari percakapan di WA Grup, berdasarkan kesaksian dari beberapa orang.
Keesokan paginya, kami tetap menjalankan kegiatan seperti hari sebelumnya. Pagi itu jadwal aku belajar tahsin yang jarak tempuhnya dari rumah sekitar 35 menit berkendara motor. Di WA Grup Kelompok Tahsinku tidak ada pengumuman libur, begitu pun di WA Grup Kelas anak bungsuku. Kami semua menyiapkan diri.
Saat itu memang tengah musim hujan. Sebelum keluar rumah, aku menyiapkan mantel hujan untuk ditaruh di bawah jok motor. Aku lipat dengan rapi agar muat diletakkan di satu tempat. Untungnya salah satu mantelnya ada yang berbahan plastik, sehingga tidak begitu memakan tempat. Setelah semuanya siap, aku dan si bungsu yang berboncengan dengan suami melaju membelah jalan.
Udara pagi itu terasa agak dingin dan segar. Jalanan yang kami lalui masih basah dimana-mana. Perjalanan yang kami tempuh menuju tempat tujuan harus melewati daerah yang langganan banjir. Jalanan yang tergenang air bisa sampai selutut. Untuk kendaraan roda dua tentu tidak bisa melewatinya. Kami harus menempuh jalan lain yang sebetulnya jadi lebih jauh karena memutar. Mau tidak mau. Seperti yang sudah diduga, yang ditemui adalah macet karena semua kendaraan banyak beralih ke jalan ini. Kami coba ambil jalan lainnya, yang ditemui tetap sama, sama-sama macet. Sekali lagi, mau tidak mau kami harus melaluinya dengan sabar. Ya sabar hingga tiba di tujuan.
Menjelang 10 menit lagi tiba di tempat tujuan, setelah sedikit lancar, kami melipir sebentar untuk membuka WA Grup Kelas si bungsu. Ternyata oh ternyata, disitu tertera pengumuman bahwa sekolah diliburkan. Banyak orangtua murid melaporkan rumahnya kebanjiran sampai se-pintu, ada yang kebanjiran sampai satu meter. Yang tidak terkena banjir, mengalami kesulitan karena jalan yang dilalui menuju ke sekolah banjir dimana-mana. Padahal kami pun begitu ya, sambil tersenyum kecut. Aku pun membuka WA Grup Tahsin, ternyata diliburkan juga. Mau senang karena libur atau kecewa karena sudah dekat baru tahu infonya ? Dua-duanya mungkin. Tapi ya sudahlah, akhirnya kami mengambil jalan balik pulang. Mencoba menghibur diri, mungkin kami yang terlalu bersemangat mencari ilmu ya.
Perjalanan balik ke rumah masih di bawah naungan awan kelabu. Udaranya yang sejuk mengusir kecewa di hati mengingat perjuangan yang baru saja dilalui. Tapi kami tetap masih jauh beruntung karena tidak harus mengalami banjir seperti yang lainnya. Ya bersyukur. Semoga yang terkena banjir bisa bersabar ya melewatinya.
#tantangan1
#odop
#basah
#plastik
#macet
0 Comments