Rasa malu adalah sifat mulia dan terpuji. Dalam hadits dikatakan sifat malu adalah sebagian dari iman. Sifat ini akan menghindarkan diri dari perbuatan2 buruk. Sebaliknya ketiadaan sifat ini akan menimbulkan banyak manusia melakukan pelanggaran dan kerusakan.

Ibnul Qoyyim menjelaskan dalam Madarijus Salikin :

“Kuatnya sifat malu tergantung kondisi hidup hatinya. Sedikit sifat malu disebabkan oleh kematian hati dan ruh, sehingga semakin hidup hati itu maka sifat malu pun semakin sempurna. Beliau juga mengatakan, Sifat malu darinya tergantung kepada pengenalannya terhadap Rabbnya.”

Sifat malu terbagi 2 :
1. Sifat malu yang mendatangkan kebaikan dan ketaatan.

Sifat ini menjadi perisai manusia dari melakukan perbuatan yang dilarang Allah. Ia tahu Allah melihat dan mengawasi hingga timbul rasa malu jika melakukannya.

Saat aurat tersingkap secarah fitrah akan timbul rasa malu. Sebagaimana saat Adam dan Hawa melakukan pelanggaran dengan memakan buah khuldi, seketika itu diturunkan ke dunia dalam keadaan tanpa pakaian hingga mereka menutupi tubuhnya dengan daun2.

Rasa malu adalah sifatnya para Nabi dan orang2 shalih.
Seperti juga yang dimiliki oleh Nabi Musa. Nabi Musa senantiasa berpakaian secara sempurna dan tertutup hingga menimbulkan desas desus di kalangan Bani Israil bahwa Nabi Musa sesungguhnya menutupi tubuhnya yang terkena penyakit kulit menular. Saat itu Bani Israil gemar mandi beramai-ramai dengan keadaan tanpa pakaian hingga satu sama lain dapat melihat aurat yang lain. Suatu saat Nabi Musa mandi sendiri, ia meletakkan bajunya di atas sebuah batu. Setelah selesai mandi entah kenapa batu itu terbang membawa bajunya. Nabi Musa berusaha mengejar batu itu hingga tampaklah auratnya. Orang2 yang melihat kejadian itu dapat melihat bahwa tubuh nabi Musa mulus tiada cacat sedikit pun. Kejadian ini menjadi jawaban fitnahan Bani Israil yang menuding utusan Allah berpenyakit.
Kejadian ini terdapat di QS Al Ahzab :  69.

2. Sifat Malu Yang Tercela

*  Malu saat menuntut ilmu, hingga enggan bertanya dan menggali ilmu lebih dalam
* Malu untuk menegakkan kebenaran, hingga menghalangi seseorang untuk melakukan perbuatan yang jika dilakukan mendatangkan banyak kebaikan untuk banyak orang.
* Malu menjalankan syariat agama, hingga menghalangi seseorang untuk menjalankan perintah Allah terlebih perintah yang wajib yang jika ditinggalkan mendatangkan dosa.
Misal ketika saatnya sholat tiba, sedang di tempat tersebut sulit utk menegakkan sholat ditambah orang sekelilingnya juga tidak sholat, maka ada rasa malu jika ia harus sholat sendiri dan akhirnya lebih memilih tidak mengerjakan sholat.

Karenanya hiasilah diri dengan sifat malu. Sifat ini akan menjaga diri dari perbuatan tidak terpuji dan kerusakan.


Bekasi 28 Juli 2019

0 Comments