Sarang laba-laba di pojokan langit-langit tertangkap mataku.
Sarangnya bergelayut ke bawah membentang di sudut tembok dan menjadikannya sebagai tumpuan sarang.
Laba-labanya sendiri tak terlihat, mungkin karena tinggi di atas hingga ia tak mampu tersapu mataku.

Kuambil gagang kain pel untuk membersihkan sarang laba-laba tersebut.
Agak berat siiih sebetulnya tiap kali membersihkan sarangnya.
Aku tahu laba-laba yg imut itu sudah bekerja keras membangun sarangnya demi sesuap nasi dan seonggok berlian,  eeeh, seekor serangga mengisi perutnya.
Aaah, selalu saja rasa itu muncul setiap kali membersihkan sarang laba-laba . Aku seperti orang jahat yg hendak merubuhkan tempat pencaharian rezekinya.
Semoga saja gak mirip penjajah Israel yg acapkali merubuhkan rumah-rumah rakyat Palestina dengan buldozernya yaa.
Hiikksss, sedih jadinya.

Sebelum mulai membersihkan, tertangkap oleh mataku seekor laba-laba bergerak lincah dan ringan di atas sarangnya sendiri. Yuppss, mirip deh dengan spiderman yg suka ditonton di filem-filem, lincah, set set bergerak bergelayut menjuntai dari satu benang ke benang lainnya sambil mengeluarkan benang-benang halus dari pergelangan tangannya.

Tahu gak fren, konon laba-laba itu meski mungil tapi cairan yang keluar dari bawah perutnya ketika bersentuhan dengan udara, cairan itu mengeras menjadi benang yg daya rentangnya bisa sampai 140 kali dari ukuran awalnya, kuat namun elastis.
Dengan kadar yg sama, kata para saintis kekuatannya sama dengan kekuatan baja.

Amazing ya...

Balik lagi yaa...

Sebelum membersihkan sarang laba-laba, kudongakkan kepala menatap laba-laba yang juga menatapku penuh tanya, sepertinya saking baik hatinya ia belum punya praduga apa pun, apalagi praduga bersalah terhadapku.  Mulutku komat kamit meminta izin pada sang laba-laba yang baik hati itu, berharap ia memenuhi permintaanku, yang cuma 1 permintaan, bukan 3 permintaan seperti aladin meminta pada jinnya.

"Maaf ya sebelumnya laba-laba yg baik hati, sarangmu harus disapu. Izin ya izin ya," dengan nada sedih kuutarakan maksudku.
Semoga saja kami satu frekuensi meski beda filum, beda kelas juga beda ordo ini dan ia bisa memahamiku.
Laba-laba seperti mendelik menatapku seolah-olah berkata, "aku yah sudah pewe toh disini. Kenapa kau ganggu sarangku,"
"Sarangmu di ruang tengah ini, maaf, merusak kebersihan dan keindahan," aku sedikit berhati-hati menjelaskan.
"Carilah tempat tersembunyi di rumah ini yang tidak bisa dilihat, agar kau juga bebas mencari rezekimu. Aku tidak bermaksud menghilangkan rezekimu," lanjutku menjelaskan.
Wajah imut si laba-laba menyatakan setuju. Empat pasang kakinya dengan ringan dan lincah berjalan menjauh dari sarang yang sudah dipintalnya hari demi hari dengan sepenuh cinta.

Aah, baiknya dirimu.
Maafkan aku yaa. Moga di tempatmu yang baru lebih banyak serangga yang mampir ke sarangmu.
Begitu do'aku melihat kepergian si pemintal nan baik hati itu yang kemudian hilang dari pandangan.

Yuup guys...
Di sekeliling kita banyak makhluk hidup lainnya, sayangi mereka, bersinergilah dengan mereka.
Mereka pun punya hak hidup sama dengan manusia 😊😊

Bekasi, 20 Juni 2019
Yenni Winyetri

0 Comments